Ada segumpal syair yang ku letakkan di dada
mu, yang jua mengaliri nadi darah mu
Dan...digurat labir malam diatas latar bambu,
biarkanlah,,netraku mencumbui siluet mu
diantara bayang dibawah rembulan, yang demikian
mengguncangkan seluruh hasrat malamku
Duhai engkau perempuanku,,,
Beri aku kesempatan untuk mengerti bahasa tubuh mu
Dan biarkan,,peluk ku mendekapmu kala lalu kita
menyebrangi kabut rindu yang demikian kelu membisu
Dikau perempuanku, yang menari di bibir bulan
Tataplah jiwaku...
Tataplah jiwaku yang tengah berdiri diatas cadas kerinduan
Perempuanku,,perempuanku yang menari dirinai hujan
Dekatlah kemari, duduklah di sini...
Kan ku dendangkan rayu bagimu di rahim malam
Jangan biarkan nada kegundahan tergantung disisi tembaga bulan
Mari...
Biarkan kecupku tenggelam di palung siluet hasrat dadamu,
Dibawah rinai hujan yang tiada berkesudahan
Dan,,biarkan...
Biarkan aksaraku ter’eja dideru angin pada bulan,
melantang syair kerinduan yang memenuhi waktu
dan ruang, malam dan derasnya hujan
"Penghuni Bukit Padang Ilalang"