Duduk ku bisu,,lidah terjepit diantara lelangit,
dan bibir mengatup ditepi bingkai jendela temaram
Aku...
Aku,,dan burung malam itu, seperti sahabat
yang tak henti mencuapkan suara hati
Dia yang bercuap pekik nan memerih, dan aku,,
yah, aku tenggelam dalam riak imajinasi
Sungguh,,
Duhai engkau bidadari yang bersemayam
di gemuruh gelombang hasrat ku
Wahai engkau yang menari dengan gemulai
mu di latar hakikinya keindahan bagimu
Aroma mu menyapa dan gema gelegar di-ujud labir kelam,
jua seketika menghenyak lamun, se-akan mencabik
gaun malam yang sedemikian rupa telah menutupi
ketelanjangan jiwa ku nan di rundung kerinduan
Wahai engkau yang mencumbuku
dengan indahnya gemulai tarimu
Biarlah,,biarlah malam semakin melegam hitam
Biar pula dawai-dawai langit berkilau,
mencabik lembar pekat gelapnya malam
Desah nafas ku akan tetap disini, bersama cuap
burung malam, bersama tatap netra yang tak ku hentikan
tualang, tuk menjemput imaji akan engkau yang
menggemulai di indahnya latar rembulan
Duhai Engkau Allah-ku
Penggenggam Cinta dan Kasih Sayang...
Sibakanlah,,Sibakkanlah kabut penutup bayang, dan
biarkanlah ku sentuh bibir langit yang meremang dalam
gurat samar pandang, bersama bait kerinduanku yang
mengumandang hingga menggetar dinding rahim malam,,
sebelum ku simpuh sujud ku diatas sucinya sajadah yang terkembang