Wahai perempuanku, perempuan masa silam...
Perkara lalu telah menetaskan luka yang kesekian
dan telalu banyak kutuk pada malam yang menitiskan hitungan
Kini... ritme gelora alam telah menyapu petaka
kehidupan, hingga janji kodratmu yang telah
berserakan di spanjang jalan, serta segala
kesadisan hati nan sekira meluluh-lantakkan rangka di sepetilasan
Wahai perempuanku, perempuan masa silam...
Tawamu sebatas pekik malam, syairmu mengubar angan
Setangkup hasrat telah kau lempar ke laut penistaan
Kau bujurkan kaku mu dalam jutaan keinginan
dan engkau tashbihkan dusta di titik persinggahan
Wahai perempuanku, pelayan istana di ujung malam
Rindu tak lagi menghunjam desah nafasku, gemuruh jiwa
telah membuncah ingin membelah langit dan
menggiring jiwaku ke cahaya kebesaran
Wahai perempuanku, perempuan masa silam...
Malaikat telah mengupas selubung lusuhmu yang menempel
dise'ari jangatku kala melintasi padang ilalang,
dan telah kubersihkan jiwa di seribu dzikir malam
yang-kan melenakan ku hingga
akhir zaman dikala aku menuju pulang
"Catatan Tua ku dari Bukit Padang Ilalang"
Ludwig Caspar - 15 Oktober 2012