Malam kini telah berganti..
Pergi meninggalkan sisa.
Ada gundah yang telah menghantuiku..
Hujan tak lagi membasahi tanah, tempat dimana aku berpijak.
Namun senja yang sosok pada gerimisnya hatiku seakan memberiku kesuraman.
Kesuraman pada jiwaku, jauh dan lepas dalam benakku..
Kasih....
Di belahan bumi mana pun, entah engkau berada kini..
Bayangmu tetap saja mengikuti aku..
Aku memang memujamu.. mendambamu..
Namun nasib baik belum berpihak kepadaku
Sebuah kenyataan yang memang harus kutelan
Sebuah kenyataan yang telah melahirkan nelangsa..
Waktu terus saja berganti
Berlaksa pertanyaan tak kunjung terjawab..
Dan pada saat itu aku berada di puncak penantian dan harapan
Aku dililit kegundahan..
Hatiku gersang..
Jiwaku hampa..
Kurasakan beban yang terlalu berat untuk aku pikul..
Walau pun mentari sudah kupatrikan
Walau banyak onak duri sudah kutelusuri
Walau kaki ini letih..
Walau tangan ini telah lelah..
Walau lidah ini tak lagi mampu berkeluh..
Ternyata memang, hanya untuk sebuah penantian..
Aku telah terhenyak dalam kemalangan hidupku..
Waktu demi waktu berlalu..
Ketika aku terhuyung-huyung meniti jalan kesendirianku
Tertinggal oleh hari-hari bersama harapan dan impian..
Memang aku telah menanti pada sebuah penantian
Aku telah meniti pada sebuah titian hati yang tak pasti
Aku bahkan bersimpuh dan memohon agar jangan terenggut milikku..
Tetapi..
Ketika sang mentari mencabik-cabik kulitku
Ketika dinginnya malam menyekap jantungku
Ketika gurat-gurat usia terpaku pada wajah yang renta
Tak pernah lagi ada sang tirta yang membawa sejuknya embun pagi
Tak pernah lagi ada sang bayu yang menitip sejuk dari indahnya gunung-gunung bermitos.
Tak pernah lagi ada wajahmu yang tersenyum untukku.
Ketika gurat-gurat mengkerutkan senja di wajah
Ketika bias-bias memudarkan mentari di jelang petang..
Lalu titik airmata..
Mengantar gelap di akhir kisah
Ada beribu doa mendesah di larutnya malam
Ada beribu harapan tersudut di penghujung waktu
Semua itu membuatku tertegun dalam tanya
Terkesima dalam kebisuan..
Ternyata memang benar..
Bahwa putaran roda waktu tak punya kekuatan untuk memusnahkan tunas cinta di hatiku..
Mungkinkah..
Mungkinkah perasaan cinta ini akan membawamu kembali kepadaku..
Atau mungkin tidak sama sekali..
Ataukah putaran roda waktu mengharuskanku melepaskan segala harapan..
Atau merelakan semua memori pergi bersama mimpi tentangmu..
Dan tak akan pernah terungkit lagi..
Sulit memang untuk melupakanmu, bahkan sangat sulit..
Tetapi biarlah..
Mungkin aku akan terbiasa tanpamu..
Dan kenyataan mengharuskanku siap untuk menghadapinya..
Cinta tak pernah salah..
Tapi yang salah adalah aku..
Yang melepaskanmu untuk jauh dariku
=========================
KiDuNG SaYaP SaYaP PaTaH
Home »
KiDuNG SaYaP SaYaP PaTaH
,
PuiSi
,
PuiSi DaRi FaCeBooK
,
PuiSi RiNDu
» NELANGSA DI UJUNG RINDU
Salam jabat aksara, kalau boleh tau siapa pemilik blog yang memuat puisi ini ?
BalasHapusSaLaM SaNTuN SiaNGKu SaHaBaT
HapusSaYa PeMiLiK BLoG iNi SaHaBaT
PeMiLiK aKuN FaCeBooK :
SaNG PeNCiNTa ( https://www.facebook.com/sangpencintapenariaksara )
PeNaRi aKSaRa ( https://www.facebook.com/penari.aksara )
JiWa TaK BeRTuaN ( https://www.facebook.com/jiwatakberpuan )