Sehari,,sebelum kita bercerita...
Lukaku menganga, berdarah ,
dan melebam bercampur nanah
Sehari,,dipenggalan cerita...
Kau satukan perca dan kau seka debu, yang menggerisik
disebujur luka dan mengering hitam bersama darah
Sehari,,setelah kita bercerita...
Tatapku menelanjangi jejak-jejak sepi dan mencium
aroma di kaki malam yang terlalu angkuh dan megah
Sehari,,setelah kita bercinta...
Telah sekian banyak,,yah, sekian banyak aksara
mesra yang dengan gemulainya melintas bergaun
indah di sepenatap bujur bayang-mu di sisi netra
Tentang kita, tentang bait yang kita manja, tentang tawa
yang menyelimuti duka kita, tentang bahagia yang
seperti bingarnya ucap dalam kecap mereka, tentang
lembut jangat yang tak lagi terluka, tentang sujud kita
di atas merahnya sajadah
Sehari,,setelah cerita kita mendebar dada
Ku abadikan bahgia dalam bait indah diatas altar cinta
Ku adukan kisah pada Sang Penggenggam Kasih Asmara
Ku pinta malam tuk melantun syair seindah bait
yang menari di tepi bibir para pujangga hutan Lingga
Dan,,sehari setelah cerita kita punya cerita
Beri aku waktu setahun saja, melengkapi
pernik soneta pada sebuah pinangan yang
pernah mengumandang atas nama Allah
"Penghuni Bukit Padang Ilalang"
Ludwig Caspar - 7 November 2012